Langsung ke konten utama

(Teks) Pertunjukan Wayang : Hari Baru Untuk Budaya Wayang di Indonesia?



Menulusuri budaya dan kesenian bukanlah hal mudah, penjelajahan waktu berabad-abad lalu menjadi sebuah hal menarik sekaligus bahan renungan yang mendalam dan luar biasa. Penjelajahan sejarah perwayangan di Jawa Tengah khususnya Yogyakarta menjadi sebuah titik refleksi tersendiri bagi orang-orang yang merasakan perubahan eksistensi wayang tersebut. Jika berbicara tentang wayang kulit nyaris semua orang tahu dan akrab dengan salah satu seni pertunjukan tersebut tetapi tidak semua orang benar-benar paham dan peduli tentang keberadaan wayang kulit tersebut, apa lagi dengan berubahnya kebiasaan-kebiasaan dan budaya yang disebabkan oleh teknologi terbarukan yang membuat banyak anak muda menganggap seni pertunjukan seperti wayang kulit adalah untuk orang tua, mereka yang memang bergelut di bidang seni, serta anggapan bahwa wayang kulit adalah hal kuno tidak kekinian. 
Jika berbicara tentang wayang kulit sangatlah erat dengan kebudayaan yang berada di Jawa khususnya Jawa Tengah dan Yogyakarta, dalam sejarahnya mengatakan terdapat dua pendapat tentang penyebutan wayang. Pertama pendapat yang meyakini wayang merupakan asal kata dari “Hyang” yang berarti menuju sang kuasa yang dikaitkan dengan semangat spiritual seperti perenungan dan menjadi orang bijak yang berdasar pada dewa-dewa (indonesiakaya.com), lalu pendapat kedua menyatakan bahwa wayang merupakan teknik pertunjukan yang menggunakan bayangan (bayang/wayang).

Dalang yang merupakan salah satu komponen penting dalam pementasan wayang kulit pun bergeser makna, berdasarkan sejarahnya dahulu dalang merupakan orang yang dipandang istimewa karena tidak hanya harus paham tentang seluk betuk serta teknik memainkan wayang tetapi juga harus memahami berbagi cerita kolosal klasik seperti Mahabarata dan Ramayana. Dalang pun dianggap sebagai sebuah profesi yang mulia karena orang menganggap menjadi seorang dalang haruslah orang yang berilmu luas, terpandang, dan berbudi pekerti baik (indonesiakaya.com), namun pada kenyataannya sekarang dapat dilihat bahwa dalang hanyalah dianggap sebagai seorang yang memimpin dan menjalankan pementasan seni wayang saja, mungkin karena banyak yang acuh tak acuh dengan sejarah dan komponen dalam wayang kulit tersebut. 

Oleh karena keunikan dan rentetan sejarah serta kebudayaan yang ada di wayang kulit, UNESCO mengakui bahwa wayang kulit adalah sebuah Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity atau warisan mahakarya dunia dari Indonesia oleh UNESCO pada tahun 2003 lalu (metrotvnews.com). Hal ini dikarenakan pertunjukan wayang sangat sarat dengan unsur estetika dan pesan moral yang terkandung di dalam setiap pertunjukannyaserta pertunjukan wayang kulit mampu menggabungkan berbagai macam kesenian seperti seni sastra, seni musik, dan seni rupa. Seni sastra terdapat pada penceritaan atau storyteling yang disampaikan oleh dalang, seni musik terdapat pada lantunan lagu yang mengiringi cerita dalang, dan seni rupa terdapat pada visual bayangan wayang kulit yang ditampilkan (ilmuseni.com). 


Pengakuan UNESCO seperti menjadi legitimasi yang kuat bahwa pertunjukan wayang di Indonesia kerap diremehkan. Disandur dari (https://phinemo.com/10-hal-remeh-di-indonesia-namun-disukai-oleh-turis-asing/) wayang adalah salah satu hal yang diremehkan oleh warga Indonesia namun disenangi oleh warga asing. Hal ini menjadi wajar ketika kita menemui mayoritas penonton adalah warga asing yang datang ke pertunjukan wayang. Memang terdapat beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi, namun ini bisa menjadi pertanda budaya wayang mulai kehilangan perhatian masyarakat Indonesia terutama generasi masa kini. 
Indonesia sendiri masih menaruh perhatian terhadap wayang, walau didominasi oleh generasi pendahulu bukan oleh generasi masa kini. Setidaknya masih tersedia ruang-ruang tertentu untuk wayang. Namun disatu sisi budaya ini menjadi tanda tanya, apabila kita memikirkan masa depan budaya di Indonesia.  Dukungan pemerintah untuk ikut membantu mengedukasi masyarakat Indonesia bisa dimulai dengan mengadakan berbagai macam acara wayangan diberbagai kota di Indoensia. 

Ambil contoh pertemuan  Dalang Cilik Nusantara (https://nasional.kompas.com/read/2009/07/17/21533781/harapan.cerah.masa.depan.wayang)  acara ini seharusnya mampu mendapatkan dukungan penuh baik dari pemerintah pusat atau pun pemerintah daerah. Selain itu acara ini menjadi branding yang baik untuk pengenalan budaya wayang kepada generasi masa kini. Tidak hanya fokus kepada acara-acara bertemakan edukasi saja, melainkan pemerintah bisa turut andil dengan mengadakan road show wayangan keliling kota-kota besar di Indonesia. Salah satu dalang yang telah sukses melakukan hal tersebut adalah Dalang Sumardi Sabdo Carito yang berkeliling sekolah-sekolah di Australia selama empat bulan ditahun 2014 kemarin. Harapannya selain bisa mengedukasi dan melestarikan budaya ini, hal yang dilakukan oleh Dalang Sumardi ini mampu membangkitkan gairah pagelaran wayang. Pemerintah semestinya bisa memberikan dukungan lebih dari yang telah diberikan sebelumnya. Mengingat perkembangan zaman yang hampir tidak mengenal kata lambat, pemerintah secepatnya harus mampu memberikan dukungan penuh dan lebih beradaptasi dengan perkembangan zaman untuk budaya wayangan yang lebih cerah. 

Selain dukungan pemerintah dalam melestarikan budaya wayang, hal ini juga membutuhkan dukungan dari berbagai pihak seperti masyarakat, komunitas wayang dan lembaga-lembaga independen yang berfokus pada kebudayaan Indonesia. Adanya pergerakan bersama tentu saja akan menjadi kolaborasi yang postif untuk masyarakat. Pada akhirnya tidak ada yang bisa berjalan dengan sendirinya dalam membangkitkan gairah budaya wayang di Indonesia. Oleh karena itu berbagai pihak harusnya saling bahu-membahu demi satu tujuan yaitu untuk memberikan hari-hari baru di masa depan bagi budaya wayang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

UAS Individu Oci R.

MINIMNYA SARANA PENDIDIKAN USIA DINI DI KARIMUN JAWA Kepulauan Karimun Jawa merupakan wilayah Kecamatan dari Kabupaten Jepara, Jawa Tengah yang terletak sebelah utara kota Jepara dengan jarak kurang lebih 45 mil atau 90 km dari ibukota Kabupaten Jepara. Dapat dicapai melalui pelabuhan kota Jepara dengan menggunakan kapal penyeberangan pengganti KMP Muria dan Kartini I yaitu Siginjai selama 4-5 jam. Data monografi desa mengungkapkan bahwa jumlah penduduk Kecamatan Karimunjawa pada tahun 2013 mencapai 9.018 jiwa dengan perbandingan antara jumlah laki-laki sebanyak 4.541 jiwa dan perempuan sebanyak 4.477 jiwa. Menurut kelompok umur Usia 10-14 tahun terdapat 867 jiwa dan kelompok umur usia 15-19 tahun terdapat 749 remaja serta kelompok umur usia 20- 24 tahun sebanyak 696 jiwa. Sebagian besar merupakan anak-anak usia di bawah 10 tahun. Melihat data tersebut yang diambil dari KEMENDIKBUD menjelaskan sedikitnya sarana belajar bagi anak-anak usia dini di Karimunjawa. Tid

Panjirangi P. 140905403 UAS Individu

UAS Individu Panjirangi : Campus Boys